Kamis, 04 Oktober 2012

Hubungan antara migrasi dan kebudayaan daerah jawa



Kebudayaan adalah sesuatu yang sangat berpengaruh kepada suatu ide atau gagasan manusia, karena kebudayaan itu sendiri telah di wariskan secara turun temurun oleh leluhur mereka dari sejak lama. Dan selama proses tersebut kebudayaan yang terjadi di tempat tersebut akan berubah-ubah seiring berkembangnya teknologi yang ada di sekitarnya, maka tidak heran banyak orang yang masih mengikuti kebudayaan mereka karena di samping itu teknologi sekarang semakin maju dan bisa menjadi alat pendukung kebudayaan tersebut. Perkembangan kebudayaan terjadi karena peran dari manusia itu sendiri, ditambah lagi kemajuan informasi yang sangat membantu untuk perkembangan kebudayaan di dunia maka dengan kemajuan tersebut kita bisa berbagi pkebudayaan dengan orang banyak sehingga kebudayaan tersebut menjadi terbuka setidaknya tidak menjadi budaya yang primitive (tertutup).


Disamping kebudayaan yang semakin maju manusia mempunya keinginan untuk berimigrasi dan berorientasi ke daerah atau kondisi yang baru. Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain. Perpindahan penduduk yang masuk dari suatu negara ke negara lain disebut imigrasi dan yang melakukannya disebut imigran sedangkan perpindahan penduduk yang keluar dari suatu negara ke negara lain disebut emigrasi, yang melakukannya disebut emigran, dan remigrasi adalah penduduk yang kembali ke Negara asalnya.  Sehingga penduduk yang mempunyai pemikiran untuk bermigrasi karena faktor kebudayaan tersebut, karena dengan bermigrasi unsur-unsur kurtural dan sejarah pun tersebar dan banyak orang yang menganggapinya sebagai pemikiran yang baru bisa disebut juga inovasi.


Penduduk yang berimigrasi biasanya tertarik pada kebudayaan yang mereka ketahui, misalnya orang asing tertarik untuk menetap di Indonesia karena mereka melihat budaya masyarakat di Indonesia yang unik-unik, jadi tempat tersebut menjadi wisata para turis asing yang ingin tahu lebih dalam tentang kebudayaan di Indonesia. Kebudayaan jawa sebagai subkultur kebudayaan di Indonesia yang telah mengakar dan menjadi pandangan hidup bertahun-tahun, yang umumnya pada orang jawa dilandasi pemikiran leluhur untuk hormat terhadap sesama. Dengan adanya kebudayaan tersebut masyarakat jawa masih tetap utuh karena mungkin menurut pemikiran mereka, budaya tersebut mempengaruhi kehidupan yang mereka jalani maka di jawa biasanya ada tradisi ritual jawa yang biasa orang sebut ruwatan. Ruwatan adalah ritual jawa yang dilakukan untuk pembebasan dan pensucian terhadap dosa yang berdampak pada nasib hidupnya. Ruwatan sebenarnya ada 3 golongan yaitu : Ruwatan untuk diri sendiri, lingkungan dan wilayah, tapi lebih sering ruwatan yang di lakukan untuk diri sendiri karena menyangkut masa depannya menurut kebudayaan jawa. Pada saat ini, ruwatan yang dilakukan oleh sebagaian masyarakat Jawa jauh berbeda dengan kebudayaan peninggalan pada zaman Hindu-Budha. Ruwatan lebih cenderung dilakukan dengan tidak mengatasnamakan ruwatan, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Lelaku sebagai wujud atau bentuk dari ruwatan bagi diri sendiri ini juga sering dilakukan oleh sebagian mansyarakat Jawa agar mendapatkan kebersihan jiwa.


Kepercayaan terhadap keberadaan roh nenek moyang, menyatu dengan kepercayaan terhadap kekuatan alam yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia, menjadi ciri utama dan bahkan memberi warna khususu dalam kehidupan serta adat istiadat masyarakat Jawa, yaitu : Sinkretisme, Tantularisme dan Kejawen yang bersifat Toleran, akomodatif serta optimistik. Secara tradisional ruwatan ini perlu menyelenggarakan pagelaran wayang jika yang kejawen adalah orang mampu, wayang merupakan intisari kebudayaan masyarakat Jawa yang diwarisi secara turun temurun, tidak hanya sekedar tontonan dan tuntunan bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam kehidupannya, namun juga merupakan tatanan yang diketahui dan disikapi secara bijaksana. Dalam cerita “wayang“ dengan lakon Murwakala pada tradisi ruwatan di jawa ( jawa tengah) awalnya diperkirakan berkembang didalam cerita jawa kuno, yang isi pokoknya memuat masalah pensucian, yaitu pembebasan dewa yang telah ternoda, agar menjadi suci kembali, atau meruwat yang berarti mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan/ritual dengan media wayang kulit yang mengambil tema/cerita Murwakala. Selain wayang ruwatan juga memerlukan sesaji seperti : Tuwuhan,api(batuarang),gawangan, dan bermacam-macam makanan sesajen. Orang yang tergolong perlu di ruwat biasanya melalui nasab seperti : ontang anting(anak tunggal laki atau perempuan), sendang kapit pancuran atau pancuran kapit sendang, dan lain-lain. Dalam tradisi jawa orang yang keberadaannya dianggap mengalami nandang sukerto/berada dalam dosa, maka untuk mensucikan kembali, perlu mengadakan ritual tersebut. Itulah contoh salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia sebenarnya masih banyak lagi kebudayaan setiap penduduk yang tinggal karena itu semua merupakan seni dan keragaman yang unik di dunia.